Tawuran (atau tubir) adalah bentuk dari kekerasan antar geng sekolah dalam masyarakat urban di Indonesia. Wirumoto, sosiolog Indonesia, berpendapat bahwa tindakan tersebut sebagai salah satu cara untuk menghilangkan stress selama ujian. W. D. Mansur juga berpendapat bahwa tindakan tersebut terjadi bukan akibat dari faktor pribadi, melainkan berasal dari pengaruh lingkungan di sekitar serta prasangka dari masyarakat.
Tawuran dapat menyebabkan korban luka hingga kematian. Pada tahun 2013 Al Jazeera melaporkan adanya peningkatan penggunaan cairan keras dalam tawuran, pada akhirnya menyebabkan banyak jatuh korban jiwa.
Faktor penyebab tawuran biasanya adalah remaja tumbuh dalan keluarga yang kurang harmonis dan kurang kasih sayang sehingga remaja cenderung menjadi provokator dan mencari perhatian di luar.
Remaja yang model bertemannya dengan remaja yang perilaku tidak baik biasanya cenderung membolos dan melanggar peraturan sekolah, pada anak laki-laki cenderung ingin berperan sebagai pahlawan sehingga ketika ada temannya yang diganggu maka remaja tersebut akan melindunginya.
Sekolah biasanya memiliki riwayat memiliki musuh dengan sekolah mana yang biasanya akan berulang untuk tawuran, terkadang narkoba juga menjadi pemicu untuk melakukan tawuran, pada beberapa siswa terkadang ada yang berperilaku seperti preman dengan memalak temannya.
Solusi yang bisa dilakukan adalah:
1. Orangtua idealnya jadi model yang baik bagi anak dan membuka komunikasi dengan anak secara baik,
2. Di sekolah buatlah aturan yang jelas dan tegas sehingga anak mampu untuk beradaptasi dengan aturan tersebut,
3. Sebagai guru idealnya tidak pilih kasih dan memberi perhatian terhadap semua siswa sesuai porsinya,
4. Buatkan ruang dan aktifitas siswa supaya mereka dapat menyalurkan minatnya dengan baik,
5. Libatkan remaja dalam kegiatan yang bersifat sosial sehingga mereka mampu untuk empati.
2. Di sekolah buatlah aturan yang jelas dan tegas sehingga anak mampu untuk beradaptasi dengan aturan tersebut,
3. Sebagai guru idealnya tidak pilih kasih dan memberi perhatian terhadap semua siswa sesuai porsinya,
4. Buatkan ruang dan aktifitas siswa supaya mereka dapat menyalurkan minatnya dengan baik,
5. Libatkan remaja dalam kegiatan yang bersifat sosial sehingga mereka mampu untuk empati.